Hukum Kencing Berdiri

No comments:

Hukum Kencing Berdiri

Syaikh Ibnu Baz Pertanyaan:
Bolehkan seseorang kencing sambil berdiri bila hal itu tidak mengenai dirinya ataupun pakaiannya?

Jawaban:
Tidak apa-apa kencing sambil berdiri apabila hal itu memang dibutuhkan, dengan syarat, tempatnya tertutup sehingga tidak ada orang lain yang melihat auratnya serta tidak terkena percikan air seninya. Hal ini berdasarkan riwayat dari Hudzaifah -rodliallaahu'anhu-, bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم berjalan menuju ujung tempat pembuangan sampah suatu kaum, lalu beliau buang air kecil sambil berdiri. (Disepakati keshahihannya. HR. Al-Bukhari dalam al-Wudhu' (2224); Muslim dalam ath-Thaharah (273)).

Namun demikian, lebih baik dilakukan dengan duduk/jongkok, karena seperti itulah yang mayoritas dilakukan oleh Nabi صلی الله عليه وسلم, dengan tetap menutup aurat dan hati-hati agar tidak terkena percikan air seni.

Rujukan:
Majalah al-Buhuts, nomor 38, hal. 132, Syaikh Ibnu Baz.Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.

Lembaran Bertuliskan Nama Allah

No comments:

Lembaran Bertuliskan Nama Allah

Syaikh Ibnu Baz Pertanyaan:
Kami dapati sebagian ayat-ayat al-Quranul Karim pada sejumlah koran atau lembar catatan. Di antaranya kami dapati lafazh bismillahirrahmanirrahim di awal sebagian kertas atau makalah. Apa yang harus kami lakukan terhadap ayat-ayat tersebut setelah selesai membaca koran atau catatan atau makalah tersebut? Apakah kami harus merobeknya, membakarnya, atau bagaimana?

Jawaban:
Yang harus dilakukan setelah selesai membaca koran atau lembar catatan adalah menyimpannya atau membakarnya atau menguburnya di tanah yang baik sebagai sikap memelihara ayat-ayat al-Qur'an dan asma' Allah سبحانه و تعالى agar tidak dihinakan. Tidak boleh membuangnya ke tempat sampah atau melemparkannya ke pasar, tidak boleh dijadikan pembungkus atau alas untuk makan dan sebagainya. Karena memperlakukan begitu berarti menghinakannya dan tidak memeliharanya. Hanya Allahlah yang mampu memberi petunjuk.

Rujukan:
Majalah ad-Da'wah, nomor 1063, Syaikh Ibnu Baz.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.

Mengatasi Kemarahan

No comments:

Mengatasi Kemarahan

Syaikh Ibnu Baz Pertanyaan:
Saya orang yang cepat marah. Saya telah berusaha menguasai diri saat marah, tapi seringkali saya marah tak terkendali. Saya mohon Syaikh berkenan memberi terapinya.

Jawaban:
Hendaknya anda banyak-banyak memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk dan berwudhu seperti wudhu untuk shalat saat anda menghadapi kemarahan, karena Rasulullah صلی الله عليه وسلم menunjukkan dua hal ini kepada seseorang yang sedang memuncak kemarahannya. Di samping itu, hendaknya menghindari faktor-faktor penyebab kemarahan semampunya. Allah سبحانه و تعالى telah berfirman,

"Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (Ath-Thalaq: 4).

Rujukan:
Fatawa Islamiyah, Syaikh Ibnu Baz, 4/497.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 1, penerbit Darul Haq.

Seuara hati pelajar pondok

No comments:

Seuara hati pelajar pondok

Dulu masa saya kecik-kecik, saya selalu dapat no 1 dalam kelas tadika dan sekolah rendah...

Semua orang puji saya dan ibu saya akan gembira dan peluk cium saya....

Dulu saya dapat 5A UPSR...

Semua orang puji saya dan ibu saya akan gembira dan peluk cium saya....

Dulu saya dapat tawaran masuk MRSM...

Semua orang puji saya dan ibu saya akan gembira dan peluk cium saya...

Dulu saya dapat 8A dalam PMR...

Semua orang puji saya dan ibu saya akan gembira dan peluk cium saya....

Dulu saya dapat tawaran buat kursus medic kat Indonesia...

Semua orang puji saya dan ibu saya akan gembira dan peluk cium saya....

Tapi bila saya buang semua keduniaan itu dan berikrar untuk turut berjuang menjadi kebanggaan Rasulullah, saya bawa beg dan merantau ke seluruh dunia, saya berhenti di Afrika untuk belajar ilmu agama, dan balik ke Malaysia dengan kesan-kesan Sunnah Rasulullah di badan saya...

Semua orang mencemuh dan memandang rendah kepada saya....

"Ada ke patut budak lulusan MRSM masuk pondok? Dah la sijil tak diiktiraf, belajar jauh-jauh sampai Afrika pulak tu? Nanti nak makan apa? Bodohnya... Memalukan mak bapak, peluang besar jadi orang besar dilepaskan pulak..."

Kata mereka....

Tapi...

Pada suatu Subuh...

Saya pergi ke masjid bersama ibu saya di mana saya merupakan imam di masjid itu...

Saya bacakan surah Abasa...

Dan sebak ketika sampai ayat:

Yaumayafirrul mar'umin akhih.....

Wa ummihi...wa Abih....

Selesai solat, semasa perjalanan pulang...

Ibu bertanya kenapa saya sebak ketika sampai di ayat itu?

Saya jelaskan....

Ayat itu menceritakan tentang huru hara mahsyar sehinggakan seorang insan itu akan lari daripada saudaranya...

Ibunya...

Ayahnya....

Isterinya...

Anak-anaknya...

Saya katakan...

Di dunia ini, bila kita jadi kaya, orang puji kononnya kita berjaya...

Bila kita gunakan dunia untuk mengejar akhirat, orang akan kata kita gila...

Sedangkan di mahsyar nanti, semua "kata-kata orang" tu langsung tak
bernilai kerana ibu, bapa, anak, isteri, saudara yang di dunia ni sangat rapat dengan kita pun, kelak di mahsyar mereka akan saling melarikan diri daripada berjumpa kerana takut dituntut......

Maka saya sebak kerana saya risaukan apa keadaan saya di mahsyar kelak...

Pujian orang ramai selama berbelas-belas tahun tu langsung tak bagi manfaat pada saya...

Kejian selama bertahun-tahun kerana mengorbankan dunia demi agama juga  tak bagi mudarat pada saya...

Lalu kenapa manusia masih mengejar pujian orang ramai dan takut dengan celaan mereka?

Ibu sekali lagi memeluk saya, tersenyum sambil menangis dan berkata....

"Sejuk perut mama dapat anak macam bangcik..."

Maka itulah kali pertama dalam hidupku saya berasa sangat gembira akan "pujian" ibuku...

Pelbagai pencapaian demi pencapaian yang saya dapat DULU, saya tidak pernah merasa gembira seperti ini walaupun dulu juga saya dipeluk cium ibu dan dipuji....

Wahai hamba Allah...

Apa sebenarnya yang kalian kejar?

Apa pula sebenarnya yang kejar kalian?

Mengapa kalian masih mengejar pujian sia-sia manusia...

Sedangkan malaikat maut pula tidak pernah lelah siang malam mengejar kalian?

Wahai  saudaraku...

Apakah kalian sedar nafas kalian hanya berbaki beberapa lagi?

Sebelum lubang kubur kalian akan digali?

Apa yang aku dan kalian ada.. untuk Allah dan Rasul bangga?

*self-reminder*
Masalah KITA yg masih bernyawa ni....dah ambik bekal kah belum...atau masih leka dengan mainan2 sekeliling kita.....

Bak kata kalam saiyidina Ali r.a...."Hidup di dunia ini ramai yg terlena, akhirat nanti baru terjaga."

Jangan kita masuk dalam golongan yg "ramai" tu....sebab yg ramai tu kononnya 'normallah' di akhir zaman ni...

Masuklah dlm golongan yg sedikit...sbb yg sedikit itu akan masuk syurga...selama2nya...
"pesanan utk KITA...saya sekali yg banyak dosa ni"

sgt memberi keinsafan
 
Sebarknlah, x perlu nk sebar ke 20 org,40 org mahupn 100 org.

Sebar je seikhlas
hati demi secubit keinsafan diri.
Semakin hampir kita ke Alam barzakh
Peringatan utk diri sy juga dan sahabat semua....
Bacalah dengan hati yang lapang.. :

Sesibuk kita di pagi hari..
Dengan pelbagai urusan kehidupan kita..
Yang mencari nafkah..
Menguruskan keluarga..
Menguruskan anak-anak..

Renungi wajah anak-anak kita..
Siapa dari kalangan mereka yang akan menguruskan kita..?

Bila kita dah uzur dan tua..
Bila kita tak mampu mandi sendiri..
Siapakah yang sudi memandikan tubuh kita nanti..?

Bila kita tidak lagi mampu ke tandas..
Siapa yang sudi mencemarkan tangannya dalam memuliakan kita nanti..?

Bila kita tak mampu menyuapkan makan ke mulut sendiri..

Siapakah yang akan bermanja-manja memberi suapan sepenuh hati..?

Di saat kita sakit sakit tak kunjung henti..
Siapakah dari anak-anak kita yang sudi berkhidmat membawa kita ke hospital & klinik hari demi hari..?

Dan..
Di saat kita berhenti menghela nafas yang terakhir..
Siapakah yang arif dalam adab menguruskan kematian kita nanti..?

Siapakah yang bersungguh memandikan jenazah kita nanti..?

Siapakah yang akan menjadi imam bagi solat jenazah kita nanti..?

Siapakah yang akan mengusung keranda kita ke liang lahad kita nanti..?

Siapakah yang turun ke liang lahad menyambut jenazah kita, serta merebahkan tubuh ini dengan penuh berlemah lembut dan penuh rasa kasih di hati..?

Siapakah yang terus menerus mendoakan kita saat kita sunyi di dalam kubur nanti..?

Siapakah dari anak-anak kita yang menjemput orang-orang 'alim dan soleh ke rumah mereka untuk majlis-majlis mendoakan kita yang sedang terbaring di dalam kubur..

Siapakah dari kalangan anak-anak kita yang menjadi bekalan sebagai cahaya untuk kita di dalam kubur dan di Padang Mahsyar nanti..?

Atau mereka yang menjadi punca kita terseksa diazab di dalam kubur dan di Padang Mahsyar nanti..?

Pandanglah wajah anak-anak kita..
Siapakah mereka buat kita di 'sana'nanti..

Dan sepertimana harapan kita buat anak-anak kita, maka jadilah kita seperti  harapan yang indah buat kedua orang tua kita yang mulia..

Andai kita mampu meluangkan masa seharian lamanya di WhatsApp, untuk sebarkan mesej ini tak sampai beberapa saat pun.. Maka sebarkanlah, moga menjadi saham buat kita di akhirat nanti..

بارك الله فيكم..é

Hakikat Ain & kedengkian

No comments:

                    Hakikat Ain
Lajnah Daimah Pertanyaan:
Apakah hakikat ain Nadhl- (panah kedengkian) itu? Allah berfirman, "Dan dari keburukan orang yang dengki ketika dengki." (Al-Falaq: 5). Apakah hadits Rasul صلی الله عليه وسلم shahih, yang maknanya, "Sepertiga yang ada dalam kubur mati karena 'ain"? Apabila seseorang ragu tentang kedengkian salah seorang dari mereka, maka apa yang wajib dikerjakan dan diucapkan oleh seorang muslim? Apakah mengambil bekas mandi orang yang menimpakan ain dan diguyurkan pada orang yang tertimpa dapat menyembuhkan, dan apakah ia meminumnya atau mandi dengannya?

Jawaban:
'Ain itu diambil dari kata 'Ana'Ya'inu, apabila ia menatapnya dengan matanya. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, kemudian diikuti oleh jiwanya yang keji, kemudian menggunakan tatapan matanya itu untuk menyampaikan racun jiwanya kepada orang yang dipandangnya.

Allah سبحانه و تعالى telah memerintahkan Nabinya, Muhammad صلی الله عليه وسلم, untuk meminta perlindungan dari orang yang dengki. Allah سبحانه و تعالى berfirman,
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَد
"Dan dari keburukan orang yang dengki ketika dengki." (Al-Falaq: 5).

Setiap 'a'in (orang yang menimpakan 'ain) adalah hasid (pendengki) dan tidak setiap hasid adalah 'a'in. Karena hasid itu lebih umum ketimbang 'a'in, maka meminta perlindungan dari hasid berarti meminta perlindungan dari 'a'in. Yaitu panah yang keluar dari jiwa hasid dan 'a'in yang tertuju pada orang yang didengki (mahsud atau ma'in), yang adakalanya menimpanya dan adakalanya tidak mengenainya. Jika 'ain itu kebetulan menimpa orang yang dalam keadaan terbuka tanpa pelindung, maka itu berpengaruh padanya. Sebaliknya, bila ia menimpa kepada orang yang waspada dan bersenjata, maka panah itu tidak berhasil mengenainya, tidak berpengaruh padanya. Bahkan barangkali panah itu kembali kepada pemiliknya (diringkas dari Zad al-Ma'ad).

Banyak hadits-hadits shahih dari Nabi صلی الله عليه وسلم tentang terjangkit dengan 'ain ini. Di antaranya apa yang disebutkan dalam Shahihain dari Aisyah -rodliallaahu'anhu-, ia mengatakan,

"Bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم memerintahkan kepadanya supaya meminta diruqyah dari 'ain." (HR. Al-Bukhari, no. 5738, kitab ath-Thibb; dan Muslim, no. 2195, kitab as-Salam).

Muslim, Ahmad dan at-Tirmidzi; ia menshahihkannya, dari Ibnu Abbas dari Nabi صلی الله عليه وسلم beliau bersabda,

"'Ain adalah nyata, dan seandainya ada sesuatu yang mendahului takdir niscaya 'ain mendahuluinya. Jika kalian diminta untuk mandi, maka mandilah." (HR. Muslim, no. 2188, kitab as-Salam).

Diriwayatkan Imam Ahmad dan at-Tirmidzi; ia menshahihkannya, dari Asma' binti Umais bahwa ia mengatakan,

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya Bani Ja'far tertimpa 'ain; apakah aku boleh meminta ruqyah untuk mereka?" Beliau menjawab, "Ya, seandainya ada sesuatu yang mendahului takdir niscaya 'ainlah yang mendahuluinya." (HR. at-Tirmidzi, no. 2059, kitab ath-Thibb; Ahmad dalam al-Musnad, 6/ 438; Ibnu Majah, no. 3510, kitab ath-Thibb; dan at-Tirmidzi menilainya sebagai hadits hasan shahih).

Abu Daud meriwayatkan dari Aisyah -rodliallaahu'anha-, ia mengatakan,

"Orang yang menimpakan 'ain diperintahkan supaya berwudhu, kemudian orang yang tertimpa 'ain mandi darinya.? (HR. Abu Daud, no.3880, kitab ath-Thibb).

Imam Ahmad, Malik, an-Nasa'i dan Ibnu Hibban; ia menshahihkannya, meriwayatkan dari Sahl bin Hanif,

"Bahwa Rasulullah صلی الله عليه وسلم keluar beserta orang-orang yang berjalan bersamanya menuju Makkah, hingga ketika sampai di daerah Khazzar dari Juhfah, Sahl bin Hanif mandi. Ia seorang yang berkulit putih serta elok tubuh dan kulitnya. Lalu Amir bin Rabi'ah, saudara Bani Adi bin Ka'b melihatnya, dalam keadaan sedang mandi, seraya mengatakan, 'Aku belum pernah melihat seperti hari ini kulit yang disembunyikan.' Maka Sahl pingsan. Lalu ia dibawa kepada Nabi صلی الله عليه وسلم lantas dikatakan kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, mengapa Shal begini. Demi Allah, ia tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula siuman.' Beliau bertanya, 'Apakah kalian mendakwa seseorang mengenainya?' Mereka menjawab, 'Amir bin Rabi'ah telah memandangnya.' Maka beliau صلی الله عليه وسلم memanggil Amir dan memarahinya, seraya bersabda, 'Mengapa salah seorang dari kalian membunuh saudaranya. Mengapa ketika kamu melihat sesuatu yang mengagumkanmu, kamu tidak mendoakan keberkahan (untuknya)?' Kemudian beliau bersabda kepadanya, 'Mandilah untuknya.' Lalu ia membasuh wajahnya, kedua tangannya dan kedua sikunya, kedua lututnya dan ujung kedua kakinya, dan bagian dalam sarungnya dalam suatu bejana. Kemudian air itu diguyurkan di atasnya, yang diguyurkan oleh seseorang di atas kepalanya dan punggungnya dari belakangnya. Ia meletakkan bejana di belakangnya. Setelah melakukan demikian, Sahl bangkit bersama orang-orang tanpa merasakan sakit lagi."
(HR. Muslim, no. 2188, kitab as-Salam).

Jumhur ulama menetapkan bahwa 'ain itu bisa menimpa, berdasarkan hadits-hadits yang telah disebutkan dan selainnya, karena bisa disaksikan dan fakta. Adapun hadits yang anda sebutkan, "Sepertiga manusia yang berada dalam kubur mati karena 'ain," maka kami tidak mengetahui keshahihannya. Tetapi penulis Nail al-Authar menyebutkan bahwa al-Bazzar mengeluarkan dengan sanad hasan dari Jabir رضى الله عنهما dari Nabi صلی الله عليه وسلم, beliau bersabda,
أَكْثَرُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِيْ بَعْدَ قَضَاءِ اللهِ وَقَدَرِهِ بِاْلأَنْفُسِ
"Kebanyakan orang yang mati dari umatku, setelah qadha Allah dan qadarNya, karena Anfus." (HR. Ath-Thayalisi dalam Musnadnya, no. 1760; ath-Thahawi dalam al-Musykil dan al-Bazzar; serta dihasankan oleh al-Hafizh dalam al-Fath, 10/ 167; dalam as-Silsilah ash-Shahihah, no. 747).

Yakni, karena 'ain.

Kewajiban atas setiap muslim ialah membentengi dirinya dari setan dan dari kejahatan jin dan manusia, dengan kekuatan iman kepada Allah, ketergantungan dan tawakalnya kepadaNya, berlindung dan tadharru' kepadaNya, ta'awwudz nabawiyah, serta banyak membaca Mu'awwidzatain, surah al-Ikhlas, Fatihatul kitab, dan ayat Kursi. Di antara ta'awwudz ialah:
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
"Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa yang diciptakanNya."

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ وَمِنْ شَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَأَنْ يَحْضُرُوْنِ
"Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murkaNya dan siksaNya, dari keburukan hamba-hambaNya, dari bisikan-bisikan setan, dan bila mereka datang."

Juga firman Allah,
فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُلْ حَسْبِيَ اللّهُ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِ
"Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb yang memiliki 'Arsy yang agung." (At-Taubah: 129).

Dan doa-doa sejenisnya yang disyariatkan. Ini adalah makna pembicaraan Ibnul Qayyim yang disebutkan di awal jawaban.

Jika diketahui bahwa seseorang telah menimpakan 'ain kepada orang lain, atau seseorang diragukan bahwa ia menimpakan 'ain, maka orang yang menimpakan 'ain diperintahkan supaya mencuci wajahnya dalam bejana, kemudian memasukkan tangan kirinya lalu mengguyurkan pada lutut kanannya dalam bejana, kemudian memasukkan tangan kanannya lalu mengguyur lutut kirinya, kemudian mencuci kainnya, kemudian diguyurkan pada kepala orang terkena 'ain dari belakangnya sekali guyuran, maka ia akan sembuh dengan seizin Allah.

Hanya Allah-lah yang memberi taufik. Semoga shalawat dan salam Allah limpahkan atas Nabi kita, Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.

Rujukan:
Lajnah Da'imah, Fatawa al-'Ilaj bil Qur'an was Sunnah'ar-Ruqa wama yata'allaqu biha.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.

Hukum Cium Tangan

No comments:


        Hukum Cium Tangan

Syaikh Ibnu Jibrin Pertanyaan:
Apa hukum cium tangan? Dan apa hukum mencium tangan seseorang yang memiliki keutamaan, misalnya guru, dan sebagainya? Apa pula hukum mencium tangan paman dan lainnya yang lebih tua? Apakah mencium tangan kedua orang tua ada tuntunannya dalam syari'at? Ada orang yang mengatakan bahwa cium tangan mengandung kehinaan (menghinakan diri sendiri).

Jawaban:
Menurut kami, itu boleh, dalam rangka menghormati dan bersikap sopan terhadap kedua orang tua, ulama, orang-orang yang memiliki keutamaan, kerabat yang lebih tua dan sebagainya. Ibnul Arabi telah menulis risalah tentang hukum cium tangan dan sejenisnya, sebaiknya merujuknya. Bila cium tangan itu dilakukan terhadap kerabat-kerabat yang lebih tua atau orang-orang yang memiliki keutamaan, ini berarti sebagai penghormatan, bukan menghinakan diri dan bukan pula pengagungan. Kami dapati sebagian Syaikh kami mengingkarinya dan melarangnya, hal itu karena sikap rendah hati mereka, bukan berarti mereka mengharamkannya. Wallahu a'lam.

Rujukan:
Fatwa Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin (1852), tanggal 20/11/1421 H.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3,

Loefa-Cebook Facebook

Al Quran Wal Hadith

Categories